Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilah haillallah huallahu akbar, Allahu Akbar
Walillah ilham.Gema Takbir berkumandang di
seantero negeri, pertanda bahwa bulan suci ramadhan telah berakhir dan
hari kemenangan telah tiba .Bulan yang merupakan penghulu dari segala bulan
yang didalamnya Allah perintahkan umatnya untuk berpuasa.Bulan yang Allah limpahkan rahmat dan ampunan yang
seluas-luasnya.Bulan yang di dalamnya terdapat malam lailatul qadar, yang
dimana jika kita beribadah maka pahalanya lebih dari seribu bulan .Bulan yang dimana
segala amal baik yang dilakukan diganjar oleh Allah swt dengan berlipat ganda,
kini telah meninggalkan kita semua.
Hampir semua
umat islam di dunia menyambut gembira hari kemenangan itu.Mereka semua sibuk
mempersiapkan segala hal untuk menyambut hari kemenangan itu.Bahkan ketika
masih berada di bulan ramadhan mereka tampak sangat sibuk mempersiapkan segala
sesuatunya demi untuk merayakan hari kemenangan itu.Ada dari mereka yang sibuk
mempersiapkan rumah, berbelanja pakaian
baru untuk hari raya, mempersiapkan kudapan dan hidangan lebaran,adapula yang
mempersiapakan kendaraan untuk dipakai dihari raya dsb kegiatan yang dilakukan
untuk menyambut hari raya itu.bahkan saking sibuknya terkadang mereka lupa akan
bulan ramadhan itu ,isi pikirannya hanya terfokus untuk hari raya idul fitri
saja.
Maka tak heran
kita melihat diantara mereka terkadang melupakan hal-hal yang seharusnya mereka
lakukan di bulan ramadhan.Banyak diantara mereka yang melalaikan sholat hanya
karena sibuk berbelanja untuk hari raya, adapula mereka yang tidak puasa karena
keletihan dan sakit yang menimpa akibat sibuk mempersiapkan hari
raya.Perspektif (cara berpikir) akan bulan ramadhan pun seakan-akan telah
berubah.bulan yang seharusnya penuh ibadah akan tetapi kemudian berubah menjadi
bulan penuh belanja dan persiapan hari raya.
Miris rasanya
melihat kondisi umat yang sebagian besar seperti ini.mereka seakan-akan lupa
akan bulan ramadhan,lupa akan makna dan hakikat ramadhan yang
sesungguhnya.Bahkan mereka telah melupakan bulan ramadhan ketika mereka masih
berada pada bulan ramadhan dan benar-benar melupakan ramadhan ketika telah
berada di hari raya.Makna hari kemenangan pun berubah dari hari penuh dengan
keimanan menjadi hari penuh gaya dan pamer segalanya.belum sah rasanya jika
lebaran belum punya baju baru , belum sah rasanya jika belum menggunakan
perhiasan dsb.
Tidak kah pernah
kita berpikir bagaimankah hakikat kemenangan yang sesungguhnya ,Tak pernah kah
kita berpikir dan merasakan apakah kita sudah menjadi pemenang dalam pertarungan melawan hawa nafsu di bulan
ramadhan.Andaikata kita mau jujur maka
jika kita masih berperilaku seperti itu, maka nyatanya kita belumlah
menang,kita masih kalah dengan nafsu belanja kita yang boros, kita masih kalah dengan nafsu
untuk tabbaruj dan pamer.Maka demikian pantaskah kita menyatakan diri sebagai
pemenang dan merayakan hari kemenangan itu.
Seharusnya kita
sebagai umat islam mencontoh generasi
pendahulu ( para sahabat dan salafush salih) yang selalu takut cemas dan sedih
karena khawatir bahwa amal ibadah yang
dilakukan selama ramadhan itu tidak diterima oleh Allah swt. Sebagian ulama
salaf mengatakan,
كَانُوا
يَدْعُوْنَ
اللهَ
سِتَّةَ
أَشْهُرٍ
أَنْ
يَبْلُغَهُمْ
شَهْرَ
رَمَضَانَ
ثُمَّ
يَدْعُوْنَ
اللهَ
سِتَّةَ
أَشْهُرٍ
أَنْ
يَتَقَبَّلَهُ
مِنْهُمْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).
Oleh karena itu,
para salafush shalih senantiasa berkonsentrasi dlm menyempurnakan &
menekuni amalan yang mereka kerjakan kemudian setelah itu mereka memfokuskan
perhatian agar amalan mereka diterima.
Ali bin Abi
Thalib radliallahu ‘anhu mengatakan,
كُوْنُوْا
لِقَبُوْلِ
اْلعَمَلِ
أَشَدَّ
اهْتِمَامًا
مِنْكُمْ
بِاْلعَمَلِ
أَلَمْ
تَسْمَعُوْا
اللهَ
عَزَّ
وَ
جَلَّ
يَقُوْلُ
: ]إِنَّمَا
يَتَقَبَلُ
اللهُ
مِنَ
اْلمُتَّقِيْنَ[
”Hendaklah kalian lebih memperhatikan
bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar beramal. Tidakkah
kalian menyimak firman Allah ’azza wa jalla, [إِنَّمَا يَتَقَبَلُ
اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ]
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan)
dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maaidah: 27).” (Lathaaiful Ma’arif:
232).
Sebagai umat
islam kita kembali bermuhasabah akan amalan-amalan yang telah kita lakukan di
bulan ramadhan yang telah berlalu serta terus menerus berdoa dan berharap agar
amal ibadah kita diterima. Hendaknya kita meminta kepada Allah agar digolongkan sebagai pemenang dan dibebaskan dari
api neraka sebagaimanya janjinya bagi orang yang berpuasa dan beribadah dengan
ikhlas dibulan ramadhan.Selain itu hendaknya kita tidak terjebak dalam euphoria
hari raya idul fitri dan terus menjalankan amal ibadah secara kontinyu
dibulan-bulan selanjutnya sebagaimana
yang telah dilakukan di bulan ramadhan.
Terakhir pesan
yang ingin penulis sampaikan baik kepada pembaca dan terutama penulis sendiri
yang dikutip dari kata-kata orang bijak bahwa.
مِنْ
ثَوَابِ
الْحَسَنَةِ
اَلْحَسَنَةُ
بَعْدَهَا
وَمِنْ
عُقُوْبَةِ
السَّيِّئَةِ
اَلسَّيِّئَةُ
بَعْدَهَا
“Diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.” (Al Fawaa-id hal. 35).
”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dgn kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dgn amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 244).
“Diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.” (Al Fawaa-id hal. 35).
”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dgn kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dgn amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 244).
Semoga segala
amal ibadah yang kita semua lakukan
selama bulan ramadhan ini di terima oleh Allah swt Dan Semoga kita tetap
istiqomah untuk beribadah dan melakukan amal baik secara kontinyu dibulan-bulan
selanjutnya.
Akhirulkalam
penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang mungkin
menyakiti pembaca ketika membaca tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat
sebagai bahan renungan baik bagi pembaca dan terutama bagi penulis pribadi ,
Amiin yaa rabbal Alamiin.
Selamat Hari
Raya Idul Fitri 1434 H,
Taqoballahu
minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum
Minal Aidzin wal
faidzin
Mohon Maaf Lahir
dan Batin.
Created By : Amar Fatih (ARAFAT),
1 Syawal
1434 H
07 Agustus
2013 M
Daftar Rujukan :